Rakyat identik dengan ketidakjelasan, rakyat identik dengan kebodohan, rakyat sangat identik dengan kemiskinan dan ketidaktahuan, maka dari pada itu segala kepentingan bukanlah untuk rakyat. Walaupun demikian suara kita dipertaruhkan untuk kepentingan suatu golongan.
Saya merasa cemas dengan keadaan dimana kita adalah seorang “rakyat”, saya ingin kita semua merupakan sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang memiliki sikap peduli kepada sesamanya, seorang pemimpin yang bisa mengayomi bangsanya sendiri.
Bangsa kita adalah bangsa yang hebat, diatas permukaan tanah air Indonesia, diatas permukaan daratan yang terhampar luas dengan ribuan pulau produktif, kita bisa menjadi sebuah bangsa yang tidak terkalahkan.
Nasib kita memang dipertaruhkan ditangan sebuah kepala Negara, semoga saja mereka menyadari akan kepentingan bangsanya sendiri. Bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Lihatlah hamparan wilayah yang maha luas dipermukaan bumi ini, dari Sabang sampai Merauke adalah kekayaan alam bangsa kita.
Kesejahteraan seorang rakyat
Sudah tidak aneh lagi, dengan kemajuan teknologi sekarang kita menjadi seseorang yang individualis, tidak mementingkan kepentingan umum, sudah tidak mengamalkan falsafah Pancasila. Semakin sedikit saja orang yang memiliki rasa tepo seliro, saling tolong menolong, saling membantu dengan yang lainnya. Semakin jauh saja rakyat ini dengan landasan negaranya?
Negara kita merupakan Negara ke-Tuhanan, tapi sikap kita merupkan individualis, materialis.
Apakah Negara ini bisa diwujudkan menjadi sebuah bangsa yang saling membutuhkan satu sama lain (ernest ranant), bangsa merupakan sekumpulan manusia yang di ikat oleh rasa suka duka ditanggung bersama. Semoga Negara kita bisa mengujudkan sikap kebangsaan daripada kerakyatan produk kapitalis, selamanya rakyat merupakan makanan singa – singa lapar, selalu akan menjadi sapi perah sampai kapanpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar